Kelangkaan Minyak tanah di kabupaten konawe sudah menjadi santapan rakyat yang harus antri bagai peminta-minta ..... jatah yang diberikan tiap pangkalan minyak tanah beragam ada yang 4 drum bahkan ada hanya 2 drum yang harus melayani beberapa kelurahan, contoh seperti ini mencerminkan tidak pedulinya pihak pemerintayg berwenang dibidang migas terhadap kebutuhan rakyat, Gas 3Kg yang akan menggantikan keberadaan minyak tanah tak kunjung sampai disini, kecemasan masyarakat menggunakan gas tabung 3Kg makin kuat setelah melihat kejadian kebakaran akibat meledaknya tabung gas yang di tayangkan media eletronik dilayar TV, yang menjadi keprihatinan penulis adalah mengapa rakyat harus antri dan mendapatkan jatah 2 liter per rumah tangga ? cukupkah untuk kebutuhan memasak didapur ? ketika masyarakat melakukan pencarian kayu bakar juga kena peraturan membalakan liar lalu apa yang harus dilakukan? jawabannya ada ditangan pemerintah ... tidak hanya melaporkan perkembangan ekonomi atau membesar besarkan kesuksesan mengurangi angka kemiskinan .... dengan antrinya rakyat untuk kebutuhan dapur sudah mencerminkan tidak adanya realita pergerakan pemerintah untuk mensejahtrakan rakyat........
seandainya kompor bioetanol / kompor spiritus disosialisasikan di daerah ini, sebagai pengganti kompor mitan, hal ini bisa saja dihindari, dengan kelebihan-kelebihan kompor bioetanol maka layak kompor ini diperkenalkan untuk daerah yang sering langka minyak tanah, apalagi bahan bakarnya bisa dibuat sendiri, bisa menjadikan daerah tersebut mandiri energi www.komporkombi.com
BalasHapus